Assalamu'alaikum wr wb,
Menulis tentang urusan pribadi kadang terlalu emosional buat saya, dan seringkali end up cuma jadi draft. Contohnya ya tulisan tentang lagu pertama Naya ini, hehehe. Bukan, bukannya si ucul menciptakan lagu di usia dini begitu, tapi ini tentang pertama kalinya Nayandra Alisha Latief bernyanyi, di usianya yang ketiga tahun. Nah kan baru nulis kalimat tadi aja saya udah mau mewek, hahaha.
Baca juga Ibuku, Wanita Kekar Berjiwa Besar
Saya ibu bekerja yang memberikan mandat pengasuhan anak ketika saya di luar rumah kepada mbak pengasuhnya, dengan supervisi nenek atau tantenya. Percayalah, pasti ada perasaan dilema apalagi kalo anak lagi sakit tapi harus tetap masuk kantor, atau ketika dapet terus dengar perkembangan baru yang saya belum lihat atau dengar, rasanya iri terus mau kraiiiii, hahahaha. Dari awal pengasuhan Naya, saya memang meminta bantuan mamih saya untuk mengawasi si mbak. Ke mama mertua, tante suami dan adik ipar juga saya minta tolong untuk bantu mengawasi jika memang Naya sedang dititip di rumah beliau-beliau. Dan dari awal saya percaya, anak saya berada di tangan yang tepat. Well at least, selama saya bekerja karena saya percaya sama mereka.
Naya belajar multitasking yaa, hahaha |
Mamih saya cerewet, sangat talkative. Jadi ketika si ucul sama nenek dan si mbak saya ngga terlalu khawatir anak saya akan didiamkan atau ngga ada tandem untuk belajar bicara. Hmm, kemudian di usia sekitar 1,5 tahun Naya saya mulai berikan video atau DVD berupa film anak edukatif atau yang bisa menstimulasinya. Saya pikir ada yang menemani dan saya memberikan video yang edukatif dan sesuai usianya. Toh, banyak anak saudara, teman atau kenalan yang baik-baik saja ketika diberikan tontonan seperti itu. Hari-hari berlalu dengan saya membiarkan Naya menonton acara yang disukainya, dengan pengawasan dan pembatasan tentunya. Tapi hari-hari berlalu juga dengan Naya ngga banyak berbicara dengan berbagai macam kosakata.
Serius banget -_- |
Tiap konsultasi ke dokter anak Naya, yang disarankan selalu sama yaitu sering-sering aja diajak ngobrol, bacakan cerita dan batasi gadget atau tontonan. Saya tanyakan soal konsultasi ke klinik tumbuh kembang, beliau bilang belum perlu. Oke saya nurut sih, tapi bagian saya stop gadget atau tontonan engga. *jangan ditiru* Hingga mamih dan mbak bilang kalo Naya kalo dipanggil ngga mau nengok, dan kalo diajak ngobrol ngga mau merhatiin. Sama mama papanya juga gitu sih. Kadang kalo dipanggil ngga mau nengok, kami bahkan harus bilang, "Nay, ada cicak tuh lihat," dan dia baru nengok dong, eaaaa, hahaha. Tapi saya dan suami merasa, oke sepertinya belum perlu ke dokter tumbuh kembang karena Naya masih bisa mengikuti suara hewan, berbicara kata-kata sederhana, dan kalo mau ngomong masih sering melakukan eye contact. Let's see sampai Naya berumur 3 tahun, pikir kami saat itu.
Menjelang Naya berusia 3 tahun dan belum banyak ada perkembangan berarti kadang membuat saya resah. Kalo ada berbagai event tentang parenting, pasti saya ikut deh kalo bisa. Dan pasti saya curhat sama pematerinya, hahaha. Si ucul bisa menirukan gerakan dance atau gerakan bibir si penyanyi, tapi yang ngga pernah si ucul lakukan adalah menyanyi. Kalo diajarin nyanyi dia ngga mau ngikutin. Kadang kan gemes ya liat anak kecil nyanyi-nyanyi cadel gitu, hahaha. Sampai akhirnya seminggu Naya genap berusia 3 tahun, saya dan suami memutuskan untuk memasukan Naya ke playgroup. Pikir kami saat itu, sekolah bisa jadi solusi atas kendala berbicara pada Naya.
Naya dan alat tulis hadiah Disney |
Sekolah Bukan Satu-satunya Solusi
Datanglah saya ke sebuah playgroup yang memang saya dan suami suka. Dekat, rumah, kurikulum yang cukup bagus, Islami, dan ada fasilitas antar jemput. Memang saya datang ketika itu sudah telat sih, 1,5 bulan dari tahun ajaran baru. Akhirnya trial lah di sekolah itu. Naya pertama mau masuk, tapi selebihnya hanya mau sama gurunya dan ngga mau membaur dengan anak-anak seusianya. Ditanya pun hanya mau menjawab hal yang dia suka, seperti hewan apa, benda apa, atau mainan apa. Dan selebihnya Naya juga kaget-kaget dengan suara gurunya yang memang bervolume keras. Entah apakah semua playgroup volume gurunya seperti memakai toa ya?! Intinya Naya jadi takut. Ya udah deh. Selepas beberapa saat di kelas, kepala sekolahnya akhirnya menyampaikan hasil observasi para pengajar saat itu.
Walau ngga masuk play group, Naya sering kami ajak bermain ke playground |
Kebijakan play group tersebut, karena Naya datang melewati tahun ajaran baru jadi ngga bisa langsung masuk. Terlebih ketika trial Naya ngga bisa langsung tune in dan beradaptasi, jadi kepala sekolah meminta suatu hal pada saya. Saya diminta membawa Naya ke psikolog atau konsultan atau dokter tumbuh kembang untuk mengkonsultasikan keadaan Naya. Lalu apa rekomendasi para expert tadi barulah bisa kembali lagi ke playgroup tersebut untuk kemudian nanti dilihat kembali apakah memungkinkan bergabung atau tidak. Kalopun bergabung, katanya sih akan disesuaikan dengan rekomendasi si expert tadi.
Ternyata mau masuk playgroup aja seribet itu ya...
"Mau masuk playgroup aja ribet amat yaaa.." LOL |
Serius, saya pikir namanya playgroup, ya walaupun telat masuk ngga masalah, tapi ribet juga ternyata, hahaha. Karena merasa masuk playgroup adalah solusi untuk kendala berbicara yang si ucul alami, mulailah saya browsing dan cari tau soal klinik tumbuh kembang yang bagus. Sempat menemukan beberapa klinik dan dokter tapi ketika telepon sampai harus menunggu selama 2 bulan. Gileeee, ini kayak mau ngantri apaan aja yak, hahaha. Coba telepon ke RSIA Hermina Jatinegara, tapi sayangnya ngga ada dokter tumbuh kembang anak in house, jadi harus nunggu aja, kalo ada ditelepon. Dan ngga dihubungi sih kenyataannya, hahaha.
Saya pikir tadinya masuk play group semudah masuk taman bermain, hahaha |
Karena masih merasa masuk playgroup adalah solusi untuk kendala berbicara yang si ucul alami, akhirnya saya membuat janji temu dengan dokter tumbuh kembang anak yang available di RS Islam Pondok Kopi Jakarta Timur. Yang paling dekat dengan rumah pikir saya. Lalu bertemulah kami dengan Dr. Lilis D. Hendrawati, SpA. Kesan pertama, saya pikir akan ada observer atau asisten yang mendampingi dokter tersebut untuk melihat kondisi Naya. Tapi bu dokter hanya mengajak Naya ngobrol, Naya mau cium tangan walaupun saat itu seperti biasa, tiap pertanyaan yang diajukan padanya tidak dijawab. Lalu si ucul agak takut dengan ruangan dokter, malah tertarik dengan boneka bu dokter, lalu meminjamnya dan tetap ogah menjawab pertanyaan.
Saat itu dokter hanya bilang, Naya ngga apa-apa ko. Ngga ada gejala autis ini mah bu, hanya belum mau bicara. Lalu dokter tanya apakah saya beri gadget atau tontonan di TV. Saya dan suami bilang ya. Berapa lama, apakah diawasi atau tidak dan apa saja tontonannya. Saya bilang, saya mau masukan Naya ke playgroup supaya bergaul dengan anak seusianya dan belajar bicara. Kemudian perkataan dokter berikutnya seperti menampar saya...
"Ibu bapak pikir sekolah satu-satunya solusi ya?! Ibu dan bapak solusinya. Orang-orang di sekitar solusinya. Naya ngga ada masalah gejala autis atau gangguan panca indera. Hanya kurang stimulasi. Stop gadget dan tontonan selama 3 bulan. Bapak ibu observasi dan lihat dalam 3 bulan nanti. Ajak Naya sering bertemu oran baru, arisan playdate, kondangan, taman bermain, pokoknya bertemu orang baru. Kalo ngga ada perkembangan, silakan kembali lagi ke sini dan kita bicarakan langkah selanjutnya."
Kadang ngga perlu menunjuk yang lain buat solusi masalah anak, harusnya saya bisa menunjuk diri sendiri sedari awal |
Tadinya saya pikir ko cuma gitu aja sih. Kenapa Naya ngga diberikan tes atau semacamnya?! Dan masih mencoba cari second opinion. Lalu saya coba merenung dan berpikir ulang. Mungkin ego saya saja yang ogah mengakui bahwa saya yang turut ambil bagian dari situasi Naya saat itu. Yang ada kemudian saat itu saya sangat malu, sedih dan menyalahkan diri sendiri. Saya berupaya mencari langkah tercepat dengan cara Naya masuk playgroup. Dengan alasan, siapa tau bisa membantu masalah bicara Naya saat itu. Tapi solusinya ya kami orangtuanya. Solusinya ya orang-orang di sekitar Naya. Huhuhu.
Akhirnya saya sepakat dengan suami, orang tua, mbak di rumah, tantenya, dan orang di sekitar Naya untuk tidak menyalakan TV, memberikan gadget ataupun tontonan, game apapun pada Naya. Dan mohon dukungan mereka untuk membantu Naya. Dan saya beruntung sekali punya support system yang luar biasa. Semua orang selama ada Naya ikut puasa TV dan gadget, hehehe. Dan beberapa minggu kemudian, di tanggal 10 Oktober 2016 akhirnya Naya menyanyikan lagu pertamanya. Baper? Pastilaaaah, hahahaha.
Bukan saya sih yang dengar pertama kali, tapi mamih. Dan baru malamnya mendengar sendiri Naya bernyanyi cicak-cicak di dinding. And I couldn't help my self to cry. Itu lagu pertama Naya, lagu yang selama ini ingin sekali kami dengar. Lagu yang sempat tertunda karena kelalaian kami. Lagu yang mungkin selama ini sudah lama tersimpan di otak Naya, tapi baru bisa ia keluarkan. Selama 2 bulan selanjutnya kami masih sangat membatasi Naya soal gadget atau tontonan apapun, maksimal 15 menit dan hanya di weekend. Alhasil kemampuan bicaranya berkembang cukup signifikan. Makin banyak lagu yang Naya bisa nyanyikan. Makin banyak celoteh yang ia keluarkan.
My support system
Ternyata tidak semua anak bisa diberikan gadget atau tontonan dan tetap baik kemampuan bicaranya. Naya ternyata tidak demikian. Tontonan, walaupun di satu sisi memberikan pelajaran buatnya tapi juga membahayakan. Dan efeknya buat Naya adalah terlambat berbicara. Tiap anak berbeda dan orangtua memang seharusnya bisa lebih peka. Solusi yang paling dekat dari masalah anak adalah kami orangtuanya. Pelajaran sangat berharga buat saya dan suami. Kalo pengalaman teman-teman sendiri gimana?
Love you life. :D
Wassalamu'alaikum wr wb.
Wah, ga nyangka ya mak, jawaban dokternya ya gitu,adaptasi scr alami. Kirain aku jg tontonan ato gadget gitu bisa bantu stimulasi juga. Alhamdulillah Naya ud makin pinter yaa, ikut terharu mak
ReplyDeleteIya mak, jawaban dokternya gitu aja. Alhamdulillah memang itu aja masalahnya,huhu. Stimulasi bisa tp harus sgt dibatasi, dan ga semua anak bisa menerimanya tanpa kendala. Alhamdulillah sekarang jauh lebih baik. Makasih maaak..
DeletePolah tingjah anak2 kadang menggemaskan ya Mba.. Duh.. Naya cantik banget..
ReplyDeleteIya emang bikin gemas. Makasih maak..
DeleteAku juga awalnya mikir kasih video edukatif bisa jadi solusi. Tyt interaksi tetep plg utama. Aku sih ttep kasih video tp sambil diajakin cerita (akunya yg gak bs lepas video, haha)
ReplyDeleteIya asal dibatasi aja mba. Saya walau membatasi tp tetap aja ga bisa disamain dgn anak lain jadinya.
DeleteBabam masih 2kata mau 4 tahun dan di trial di KB jg playgroup di tolak.. meweekk.. di PAUD jg sama cuma sebulan.. udh ke psikolog dr semarang pas di Bandung skrg jalan terapi udh 6 bulanan, ni lg antri dokter di Bandung... indikasinya memang speech delay tapi diagnosanya blm pasti msh byk cabangnya...mangatt makk.. salam buat ucul makin pinter..jd curhat kann..hihihi
ReplyDeleteSemangat ya mamih babaaaaam.. Im feeling you. Semoga babam makin pinter dan sehat slalu yaaa.. peluuuuk..
DeleteTiap anak emang beda2 kemampuannya ya.. Pengalaman peranak beda-beda jadi emang perlu konsultasi sama yang lebih pakar daripada coba-coba ngga jelas. Naya pinter.. abis ini pasti tambah piter & ngga bisa berenti ngomong kayak Raya.. :D
ReplyDeleteHooh tiap anak beda dan memang ga bisa disamain dengan anak lainnya. Mamaci makih rayaaa.. amiin smoga makin criwis kyk raya yaaa.. 😘
DeleteYg di buku Internet sehat dr telkomsel ada guidance utk usia yg tepat memberikan gadget pada anak, sesuai usia, durasi dan jenis kontennya.
ReplyDeleteIya mak. Tp akhirnya saya pilih untuk sangat membatasi dulu krn memang ada masalah. Makasih maaak..
DeleteUcul...cantik anet sih, baca ini jadi gimana gitu mam...campur aduk deh peasaannya, pelajaan juga buat gie kelak mendidik anak di generasi digital. Memang solusi itu dimulai dari orang tua dulu ya mam, bangga mam nay mau share dan mengakui...menekan ego kan ga gampang :D
ReplyDeleteHooh campur aduk ya, kyk es campur,hahaha. Iya gie, tantangannya makin sulit didik anak jaman sekarang,huhu. Mamaci anggi sayaang.. 😘
DeleteNaya cantik sekali :)
ReplyDeletesemangat ya Naya biar makin pinter dan ga berenti ngomong kayak Ming xia :)
Makasih tante windaaaaa.. amin smoga makin ceriwis kyk ming xia yaaaa.. 😘
DeleteTerharu bacanya, semoga naya makin pinter. Pelajaran sih utk aku yg blm menikah gini ... thx mba
ReplyDeleteSama2, makasih yaaa.. semoga nanti ketika punya anak diberi kelancaran yaaa..
DeleteSemangat Mama Nayaaaa... Aku juga udah ngejauhin gadget banget karena memang takut ada keterlambatan bicara, dll, kalau TV sih alhamdulillah Maliq ga sampe kecanduan. Justru dia bosenan. Susahnya ya itu tiap liat Ipad dia selalu teriak "epeeeddd" jadi PR banget buat aku dan suami buat ga bawa2 "eped' depan dia.. Semangat semangat!
ReplyDeleteIyaaa memang kitanya yg jadi solusi utama, ngasih contoh. Dan satu lagi, harus tega lunaaa..
DeleteHai Kaka Naya syantiek sekali spt Mamihnya :) semoga selalu sehat dan pintar yuk kita nyanyi bareng ya
ReplyDeleteMemang tiap anak berbeda hanya saja kita yang mesti aware y mba, nice reminder
Mamaci neng geuliisss.. aamiin makasih doanya. Semoga tante dan keluarga jg slalu sehat yaa. Iya harus tetap aware dan waspada slalu,hehehe.
Deletehi kriwwwil cute maksimal nya tantee...uuh seneng...ayo nyanyi balonku yook
ReplyDeleteTante cantiiik, mamaciii. Hayooo, skarang udah bisa nyanyi macem2 lhoo,hihi.
DeleteAnakku yang kecil juga lebih lambat daripada kedua kakaknya... Emang salahku sih, kurang menstimulasi juga. Tapi asalkan kita telaten insyaallah cepat juga perkembangannya... Semangat ya Mama Naya..
ReplyDeleteIya asal telaten dan dislin inshaa Allah perkembangannya akan bagus. Makasih ya mbaaa..
DeleteIkut senang ya mba Naya udah bisa nyanyi lagu pertamanya :D Anak keduaku jg agak telat ngomong drpd kakaknya. Bisa jd karna dari gadget dan tv jg ikut nonton bareng kknya. Ini aku lg observasi sndiri dulu mba.. Tulisan ini jd alarm buatku jg.. Tfs ya mba :)
ReplyDeleteIya mba, sambil diobservasi juga aja. Emang harus tega klo mau batesin tp demi kebaikan anak juga. Semangat mbaaa, makasih.
DeleteBanyak orang tua di sekitar lingkungan tempat tinggal saya yang membiarkan anak-anaknya menonton tv berjam-jam, dengan alasan lebih baik duduk diam di depan televisi daripada kelayapan dan main di jalan, padahal televisi memberikan dampak buruk bagi mental anak
ReplyDeleteSeringkali dikasih tv berarti masalah selesai dan anak lebih aman, padahal ngga begitu kenyataannya. Smoga orangtuanya lbh diberi pencerahan ya mak.
Deletelucuuu, gemes iat rambutnya
ReplyDeletemakasih mbaaa,hehehe.
DeleteTouching bangettt.. mmg bener mba Lisna, aku pernah ikut kelas parenting ttg school readiness. Jd mmg playgroup bukan satu2nya solusi agar anak mau bersosialisasi, yang berperan paling penting adalah orang2 di sekitarnya, khususnya orang tua... hihi semangat mba Lisnaaaa
ReplyDeleteIya neng, sekolah bukan satu-satunya solusi. Makasih neng, semangaat..
DeleteAaah terharuuu.. Tapi emang bener sih,biasanya semua dimulai dari rumah,alula pun bersosialisi kalo di tempat les sama playground ajaa,sisanya dia main dirumah.. Alhamdulillahnya dia gak takut ketemu org baru,friendly bgt gak kya emaknya hahaa.. Intinya tiap anak beda2,dan mreka unik.. Semangat yaaa mamak lisnaaaa.. Nti klo Naya cerewet mamak jg pusing sendiri hahahaha
ReplyDeleteAlula bageur dan geulis, pingin juga ngelesin naya kayak alulaaa.. Makasih putriii. Sekarang udah mulai pusign si, tapi pusing seneng, hahaha.
Deleteterharu bacanyaa :')
ReplyDeletejadi pengen dengerin naya nyanyi, nanti kapan2 nyanyi bareng tante ingga yuk nay! hehe
sehat2 selalu naya, mama dan papanya...
Pasti naya seneng banget deh main sama tante ingga cantik mah. Terus diajakin bikin tye die sama dibikinin pizza ya sekalian tante, hahahaha. *ngelunjak* Makasih neng ingga, sehat2 slalu juga yaaa.. :*
DeleteYa Allah,,Naya cakep banget dah kepengen banget pegang rambut sama pipinya *gemezzzz hehe.
ReplyDeleteMakasih mak amell.. Pankapan bersua lagi yaaa..
DeleteRibet amat mau masuk playgroup doang, kan cuman main2 aja yg penting anak demen #kaesangLelah
ReplyDeleteBtw kak ..aku liat kamu ngeblog sejak 2005 yaaa, duch lama sekali yaaa. Apalah aku ini yg baru kmrn sore jadi minder temanan ama kamu hua hua #Kabur
Iyaaa, rempong ternyata kaaaak, hahaha. Duh jangan diliat archive itu mah, isinya curhatan sampah semua, hahahahahaha.
DeleteCantik banget yaa Naya, kala ketemu pingin di cuwel-cuwel..gemesshh...
ReplyDeleteMakasih tanteee.. hihi, nanti dicuwel2 boleh deh sekalian emaknya tapi ya, hahaha.
DeleteOH my god. .. Kok bisa tahu sih 5 kebiasaanku itu. .. Huwaaaaaaaa mb lisna cenayang yak. . waakakakakak itu 5 - 5 nya semua sering kulakukan. . pantesan aku agak sering sakit. .. Minimal masuk angin. . huhuhuhuhu
ReplyDeletePostingan yg super enlightening!
ReplyDeleteMakasiii banget mbaaa... Naya cantiiiik :)))
--bukanbocahbiasa(dot)com--
Makasih mbaaa..
DeleteHello mbak, aku nampaknya jg akan bawa anakku ke tumbang. Tapi anakku jarang main gadget dan nonton TV, hanya saja krn adeknya lahir deketan ada masa dimana aku jd jarang ngobrol ma dia. Tp srng dia sekolah sih dan bisa ngikutin, meski demikian tetep disaranin ke tumbang TFS ya
ReplyDeleteIya mbak, ada kalanya memang kita konsultasi ke tumbang supaya dapat solusi yang mungkin blum kita pikirkan atau terapkan. Semoga anaknya mbak makin lancar ya bicaranyaaa..
DeleteWah, alhamdulillah ya mbak. Saya jadi banyak belajar, ternyata klo anak terbiasa dengan tv & gadget bisa efeknya seperti itu. Jadi ikut terharu baca cerita perkembangannya Naya hihihi :)
ReplyDeleteJawaban dokternya menohok banget, ya, mbak. Jadi pr juga nih buat saya biar nggak terlalu sering ngasih gadget ke anak dan sering ngajak dia main
ReplyDelete