Assalamu'alaikum wr wb,
Mungkin kalo teman-teman baca judul tulisan ini sudah melakukan kalkulasi dalam pikiran masing-masing, sejauh apakah itu? Hehehe. Lebaran kali ini sangat berbeda buat saya. Apa sebab? Beberapa minggu sebelum puasa, mama mertua mengajak lebaran di kampung halaman (keluarga suami) yaitu Batusangkar, Sumatera Barat, dengan menggunakan mobil. Seneng ngga? Seneng dong. Deg-degan? Iyalah. Parno, jiper? Pastilaaaah,hahaha. Ini adalah mudik hari raya pertama saya. Pakai mobil dan via jalur darat pula. Selama 30 tahun hidup saya, saya selalu merayakan Idul Fitri di Jakarta. Mudiknya ke Pondokgede dan Cibinong aja karena saya orang betawi. Keluarga dari pihak suamipun kebanyakan sudah di Jakarta. Walaupun sudah 2x ke Batusangkar, tapi perjalanan darat ke tanah Sumatera memang bikin saya lumayan gelisah, hahahaha.
Kecemasan Melanda Saya
Apa sih yang bikin saya cemas? Jauhnya itu loooooooh, hahaha. Belum lagi berita kemacetan yang saya dengar/baca/tonton di berbagai media hingga diceritakan langsung oleh teman atau kerabat sendiri. Suami juga bilang perjalanan akan makan waktu dua hari, dengan jeda bermalam di Palembang diantaranya. Dua hari pemirsaaaah, dua hariiii! *zoom in zoom out* hahaha.. Belum lagi mikirin Naya nanti gimana di perjalanan, rewel apa engga, makannya gimana. Lalu medannya seperti apa, belum lagi kisah bajing loncat, jalan yang rusak, longsor, etc. Buat saya yang ngga pernah mudik lebaran, itu sungguh bikin ciut nyali loh. Sebut saya lebay ngga apa-apa deh, emang gitu rasanya, hahaha.
Jalannya jauuuuuuh... |
Teman ada yang nanya, "Kenapa ngga naik pesawat aja sih?" Keputusan mudik terlalu mepet dengan waktu puasa, harga tiket juga menggila. Sayapun beberapa kali sempat mengajukan proposal ke suami untuk naik pesawat, tapi memang setelah mengecek harga Garuda atau Batik Air, harganya udah selangit. Yaiyalah yaa nyarinya mepet, hahaha. Suami menenangkan bahwa perjalanan akan baik-baik aja dan mudik dengan mobil bisa menghemat hingga 600%. It's a lot of money, my friend. Dan sayapun menyerah...
Checklist, Prepare, Prepare, Prepare.
Memang kebiasaan saya tiap travelling selalu buat list apa aja yang dibawa. Alasannya tentu saja supaya ngga ada barang yang terlewat. Apalagi sekarang harus menyiapkan amunisi buat Naya selama perjalanan. Jadi strategi saya seperti ini :
- Menyiapkan koper untuk keperluan selama di kampung dan tas terpisah untuk keperluan perjalanan. Dalam tas perjalanan itu lengkap dengan baju ganti, underwear, toiletries, alat shalat, skincare, pembalut, handuk kecil, diapers, obat-obatan, plastik baju kotor, berbagai macam minyak (telon, kayu putih, tawon, you name it) dan hand sanitizer. Dalam koper jangan ditanya deh ya isinya, sudah saya siapkan dari mulai day 1 di kampung, sampai waktunya pulang. Kalo saya sebut isinya ngga akan kelar 2 tulisan, hahaha.
- Perbekalan makanan saya bagi 3 : cemilan untuk orang dewasa, cemilan buat naya dan bahan makanan untuk Naya. Cemilan untuk orang dewasa mulai dari roti, kue sampai snack mecin, hahahaha. Cemilan buat naya mulai dari buah-buahan, telor rebus, jagung rebus, cornflake, roti, susu, cracker, biskuit gandum, keju, dsb. Bahan makanan saya bawa karena di daerah Sumbar nasinya pera, hampir ngga ada tuh nasi pulen. Dan naya dalam situasi normal pun makannya agak susah, jadi saran saya bawalah beras pulen dari Jawa. Penting! Hahaha. Selain itu saya bawa pasta kering, pasta tomat, pewarna makanan dan bahan lain yang sekiranya akan saya sulit temui di sana. Oya, di tanah Minang jangan harap akan menemukan Indomaret atau Alfamart ya, karena ngga akan ada. Pemerintah setempat melarang adanya convenient store waralaba dari luar.
- Menghadapi perjalanan jauh saya menyiapkan berbagai mainan, alat melukis & mewarnai, buku, dan DVD buat saya & suami + Naya. Mulai dari Ipin Upin, Barbie, Barney, dkk. Siap-siap mabok barney, hahahaha.
Salah satu mainan yang harus dibawa, block. |
- Alat yang tadinya saya underestimate adalah HT atau handy talkie. Pas suami bilang mau beli HT saya sempat bertanya, "Buat apa yang? Kan kita semua punya hp?!" Suami bilang sepanjang jalan nanti kami akan melalui banyak blank spot, jadi telepon selular tiada akan berguna. Selain itu, karena kami akan konvoi dengan dua mobil maka adanya HT akan saling mengingatkan kami untuk tidak saling meninggalkan. Suami saya beli Mall Ambassador 2 set seharga 1,3 juta kalo ngga salah. Dan saya sangat merekomendasikan teman-teman untuk beli HT jika konvoi dalam trip jauh macam saya dan keluarga. Really worth it.
- Peralatan safety dan perkakas mobil juga wajib dibawa. Beberapa contohnya antara lain segitiga pengaman, cone orange marka jalan (bisa dibeli lengkap di Ace, hanya 70ribuan), keluarga obeng, ban serep, dongkrak n the genk, senter, dsb. Ngga hapal saya nama dan istilahnya, maapiiin, hahaha.
- Air Mineral yang banyak dan berbagai macam tissue. Selain buat minum juga buat basuh setelah buang air. Percayalah, toilet sepanjang jalur Sumatera ngga semuanya memadai, terutama airnya. Jadi, lebih baik kamu bawa banyak deh. Selain itu tissue juga penting, yang saya maksud sbb : tissue kering, basah, antiseptik, kewanitaan.
- Last but not least, persiapan mental. Hahahaha..
1404 Km Perjalanan via Jalur Lintas Timur
Saya berangkat tanggal 1 Juli 2016 malam. Saya baca memang malam itu akan jadi puncak arus mudik ke Sumatera. Sebelumnya saya sudah baca soal mampetnya jalur Brexit. Oh my, semoga jalur Sumatera ini ngga kayak Brexit, hahaha. Dari Jakarta selepas shalat isya sekitar pukul 20.00, menuju Pelabuhan Merak. Sampai merak sekitar pukul 23.30. Dan ternyata disitulah dimulai penantian saya malam itu. Kami harus menunggu selama hampir 7 jam baru bisa naik kapal. Dan saking desperate-nya saya, saya sampai nyampah di tweet dan cc pak presiden. Yakali pak presiden mau baca curcolan saya, hahahahaha. Lalu naya gimana? She was soooooooo nice. Ngga rewel sama sekali. Malah tidur anteng dan ngoceh aja sepanjang jalan. Anak mama papa pinter bangeeeet..
Lelah hayati lelah..hahaha |
Akhirnya jam 7 kayaknya kapal kami jalan. Saya udah sampai ngga lihat jam si sejujurnya, lelah hayati kakaaaaa..hahaha. Di kapal jangan harap bisa duduk nyaman yaaa.. Tiap sudut ada manusianyaaa, hahaha. Betapa orang rela berpeluh, menempuh jarak yang jauh demi silaturahmi bersama keluarga, demi menuntaskan rasa rindu akan rumah. Ahhh, semoga Allah selalu melindungi para pemudik ini ya. Walaupun agak miris lihat balita tiduran di lantai kapal, panas-panasan, huhuhu. Kami bertiga cukup puas berdiri di sisi kapal, memandang laut dan mencari angin segar. Subhanallah, Alhamdulillah.
Dari Pelabuhan Bakaheuni sekitar jam 10.00. Perjalanan langsung berlanjut. Kami hanya berhenti untuk shalat, beli bensin, toilet break dan makan malam. Di mobil kami, suami menyetir bergantian dengan Om kami yang juga ikut mudik. Di beberapa titik jalanan memang rusak berat dan harus dilalui secara bergantian. Bahkan ban mobil papa sampai robek dan harus diganti. Naya masih anteng dengan stok makanan yang saya bawa dan DVD serta mainan jikalau dia bosan. Alhamdulillah. Dan HT memang terbukti sangat berguna dalam perjalanan melalui area blank spot macam hutan, atau kebun kelapa sawit.