|
Jembatan Ampera dari Restoran Riverside.
|
Assalamu'alaikum wr wb,
Ada yang masih di kampung? Atau sudah kembali ke Jakarta? Kalo saya mah di sini aja menikmati Jakarta yang lengang, hehehe. Mumpung load kerjaan masih sepi, saya mau menuntaskan beberapa draft tulisan yang antri. :)) Sebelum basi, saya mau cerita soal trip saya ke Palembang bulan Juni lalu. Lama ajah ya ngendonnyaaa, maklumin aja deh ya, emak-emak sibuk kan yess, hahaha.
Ada yang kampungnya di Palembang? Pernah main ke sana? Atau akrab sama Palembang karena suka mpek-mpek? Kalo gitu kita sama, hahaha. *tosss* Jadi begini ceritanya. Saya, suami dan si kecil ke Palembang niat utamanya adalah mengunjungi adik. Adik ipar saya sudah beberapa tahun di sana, tapi suami saya dari belum nikah sampai sudah "berbuntut" belum pernah berkunjung ke sana. Selain itu, suami mau bernostalgia dan napak tilas di Palembang karena saat SMP dan SMA pernah tinggal di sana. Dan yes bismillah terbanglah kami ke Palembang. Kali ini hanya bertiga, mama papa ngga ikut karena baru selesai travelling juga.
Persiapan pertama tentu saja mencari tiket. Seperti biasa ya saya mengandalkan
Traveloka untuk mencari tiket. Karena pertimbangan budget dan jarak bandara, saya memilih untuk menggunakan Citilink yang berbasis di Bandara Halim Perdana Kusuma. Maklum ya kalo dari daerah rumah saya di Jakarta Timur ke Bandara Soeta lumayan jauh dan makan waktu terutama saat macet. Kali ini dapat harga tiketnya ngga terlalu murah alias agak mihil, hehehe. Ya salah saya si karena menunda pembelian. Maklum, nunggu gajian, hahaha. Untungnya kami ngga pusing mikirin penginapan karena akan menginap di rumah milik mama papa yang ditempati adik selama di sana.
Jumat, 12 Juni 2015
Karena dekat, kami jadi tidak perlu terburu-buru ke bandara. Dan saya sengaja mencari waktu berangkat pada siang hari supaya suami bisa shalat Jumat dulu sebelum berangkat dan adik bisa langsung menjemput setelah pulang kerja. Waktu berangkat agak delay sebentar. Walaupun ruang tunggu ramai tapi Naya lumayan anteng. Cuma ya gitu deh, harus ngikutin dia lari-lari dan keliling ruang tunggu. Surprisingly naya dapat teman baru saat menunggu. Tadinya saya dan naya mau selfie berdua, eh taunya ada anak lain yang tiba-tiba muncul ikutan foto, hahahaha. Selama perjalanan di pesawat naya langsung nenen saat take off dan baru bangun saat landing. Memang sebaiknya kalo membawa toddler macam ini saat nunggu biarkan aja si anak main sepuasnya. Jadi saat dia pesawat dia akan memilih istirahat karena energinya sudah agak terkuras, hahaha. Well at least it always works for naya. :D Selain itu bawalah banyak cemilan sehat. Kalo favorit naya jagung rebus dan buah-buahan.
|
Ceritanya lagi sama-sama lihat pesawat lepas landas. :D |
|
Teman baru naya yang nebeng selfie. :)) |
Sesampainya di Palembang, kami langsung menuju rumah untuk beristirahat dan mandi. Makan malam pertama di Palembang, kami mencoba makan di Riverside, restoran yang berada di tepi sungai Musi. Alamat lengkapnya :
Jl. Rumah Bari, Komplek Benteng Kuto Besak, Palembang. Di kejauhan terlihat pemandangan jembatan Ampera dengan gemerlap lampu-lampu. Boleh dibilang restoran ini cukup terkenal bagi yang ingin menikmati suasana Sungai Musi, Jembatan Ampera dan sekitar kala malam. Selain itu ada juga live music di lantai bawah restoran. Hanya saja buat kami yang membawa batita, duduk dekat panggung musik terlalu bising. Akhirnya kami memilih lantai atas restoran.
|
Pintu masuk Restoran Riverside. |
|
Jembatan Ampera dari Restoran Riverside. |
Masakan paling terkenal adalah Ekor Tenggiri Bakar. Rasanya memang enak dan porsinya pun sangat besar. Menu lain yang kami pesan adalah udang saos padang, cah kangkung, sapo tahu dan ayam bakar untuk naya. Soal harga cukup terjangkau. Kemarin total bill saya Rp 500,000 dan Ekor Tenggiri bakar masih bisa dibawa pulang. Lagi-lagi saya lupa foto makanannya ya. Saat itu biasalah naya urusan kejar-kejaran sama ucul di restoran yang notabene sedang penuh dan ada tangganya. Jadi kudu extra hati-hati. x__D Ini saya pinjam foto dari Pinterest aja yaaa..
|
Bersama ucul yang super aktiiiif. :)) |
Sabtu, 13 Juni 2015
Hari kedua di Palembang jadwal utamanya adalah jalan-jalan ke beberapa tempat wisata Tapiii, ngopi dan sarapan dulu dong ya. Ada satu kedai kopi yang sudah lama berdiri dan laris manis. Sebelum ada cafe kopitiam modern, kedai kopi semacam inilah yang lebih dulu memulai. Nama kedai kopinya adalah Harum Sari di daerah Pasar Cindai. Kopi susunya rasanya memang enaaaaak.
Bisa pas banget. Buat pecinta kopi, bolehlah dicoba. Konon kata Nci pemilik warung kopi ini, kopinya asli Sumatera Selatan, tepatnya kopi robusta dari Semendo. Untuk makanannya, saya memilih soto ayam plus nasi. Enak jugaaa, hahaha. Roti gorengnya juga enak. Nasi uduk dan gado-gadonya juga cukup enak. Dan yang paling enak adalah, makan untuk porsi 5 orang plus kopi dan cemilan sana-sini, kami cukup mengeluarkan uang kurang dari Rp 150.000.
|
Kedai kopi Harum Sari |
|
Kopi nikmat khas Harum Sari |
|
Soto Ayam |
|
Dua adik kami. Lihatlah betapa banyak makanan di meja kami, hahaha. |
|
Kursinya antik yess. :)) |
Tujuan selanjutnya adalah Bait Al Quran Al Akbar. Tapi dalam perjalanan ternyata kami melewati Komplek Situs Purbakala Kerajaan Sriwijaya. Sekalian mampir deh. Banyak peninggalan sejarah dari masa sebelum dan saat Kerajaan Sriwijaya berkuasa, hanya saja seperti kebanyakan museum di Indonesia, kondisinya terkesan seadanya. Kebanyakan koleksinya juga hanya replika, dan membuat kami bertanya-tanya kemanakah gerangan artefak yang asli? Apakah benar tersimpan dengan baik di suatu tempat? Atau malah sudah berada di tangan kolektor? Huhuhu.
Wallahu A'lam Bishawab.
Tak jauh dari lokasi situs purbakala, kami tiba di area pesantren Al Ihsaniyah Gandus tempat Bait Al Quran Al Akbar berada. Tempat ini adalah rumah pribadi empunya pesantren yang disulap jadi semacam museum untuk Al Quran terbesar di dunia yang terbuat dari ukiran kayu setinggi lebih dari 2 m. Kayunya terbuat dari kau tembesu kualitas no 1, utuh dan tanpa sambungan (Baca Juga Al Quran Al Akbar) Karena kecintaannya pada Al Quran, pemiliknya menabung dan mencicil pembuatan Al Quran indah ini. Dan sudah diakui oleh berbagai negara Islam di dunia, subhanallah. Bapak pemandunya juga slalu semangat menjelaskan mengenai kisah dan cerita di balik Al Quran ukiran ini. Berkah buat bapak yaaa.. Buat perorangan dan kunjungan grup akan disambut dengan hangat oleh keluarga ini. Hanya saja untuk rombongan sebaiknya mengatur jadwal kunjungan supaya tidak bentrok dengan rombongan lain.
|
Bapak pemandu dengan semangat menuntun kami ke area Al Quran. |
|
Ukiran kayunya begitu indah dan detail. |
|
Dan saat foto bersama, Naya tetap asik makan jagungnya. :'D |
Selepas dari Bait Al Quran Al Akbar tadinya kami berniat ke Pulau Kemaro. Di tengah Pulau Kemaro ada pagoda yang digunakan untuk sembahyang. Hanya saja kami urungkan karena Naya saat itu sedang tidur dan waktu tengah hari membuat cuaca sangat panas. Karena kasihan naya, ditambah info yang bilang di sana tidak terlalu bebas masuk atau berfoto, akhirnya kami memilih pulang. Saya juga ngga mau ngoyo karena kami travelling bersama anak kecil. Seperti biasa, supaya ada alasan balik lagiiiiii, hohoho.
Makan siang di mana? Ada namanya Sop Kambing Bang Kumis. Alamatnya : Jl. Veteran 77 Palembang. Menu andalannya sop kambing dengan kuah susu atau tanpa susu. Saya pilih sop daging kambing dengan kuah tanpa susu. Rasanya enaaaaaaaaaaaak. Maap lebay, hahahaha. Tapi memang boleh dibilang ini sop kambing terenak yang pernah saya coba. Kalo ada teman-teman yang pernah makan sop Bang Kumis ini tapi ngga setuju dan ada tempat yang sopnya lebih enak, tolong tunjukan tunjukan tunjukan yeesss, hehehe. Ini fotonya yang berkuah susu. Karena sop kambing pesanan saya langsung tandas tak lama setelah mendarat di meja. Sluurrp yummy... Soal harga worth it lah. Karena pilih sendiri jadi bisa menyesuaikan dengan kemampuan perut masing-masing. Kalo porsi standar sepertinya hanya 35rb-65rb.
|
Sop Kambing dengan Kuah Susu. |
Apakah hari ini sudah berakhir? Tentu tidaaaaak... Malamnya kami mencoba Martabak Har yang terkenal itu. Tenang, kali ini saya tidak lupa foto makanannya, hahahaha. Sebenarnya Martabak Har ini tersebar di penjuru kota Palembang. Dan kedai pertamanya ada di dekat Masjid Agung. Tapi, kami lebih memilih kedai yang child friendly. Rasanya pun tetap terjaga, so no worry. Malam itu kami memesan Martabak Ala Har, Mie Goreng Ala Har, Es Teh Tarik dan capcay. Perut kenyang, hati senang, syubidam dam dam, hohoho.
|
Walaupun cabang tapi rasa dan kualitas tetap sama. |
|
Martabak Ala Har. Kuah karinya membuat makin mantaaap. |
Minggu, 14 Juni 2015
Niatnya mau jalan pagi ke Gelora Sriwijaya atau biasa disebut juga Stadion Jaka Baring. Apa daya si kecil bangun siang, hahaha. Jadilah kami sampai di sana sudah agak siang. Plus kami ketagihan sarapan dan ngopi di kedai kopi Harum Sari, hihihi. Cuaca saat itu cerah dan area stadion tidak terlalu ramai seperti GBK di Jakarta. yang paling senang ketemu lapangan luas tentu saja nona kecil Nayandra Alisah Latief. :))
|
Nah kan kesenengan anak ini bisa lari-lari sepuasnya. :)) |
|
Melihat bayangan. :D |
|
Flyiiiiiing... |
Dari Stadion Jaka Baring barulah kami melakukan napak tilas. Nama perumahan tempat suami tinggal dulu adalah komplek Pakri. Dan melewati SMP, SMA dan lapangan basket tempat suami, adik dan kawan-kawan mereka biasa bermain. Suami terlihat senang sekali, seperti kembali sebentar ke masa kecil. Suami dan adik sibuk bernostalgia merunut kejadian apa yang paling menarik untuk mereka berdua, hehehe.
|
SMP suami dan adik. |
|
SMA suami. |
|
Lapangan basket di Komplek Pakri. |
|
Tadinya lapangan bola biasa. |
|
Rumah semasa di Palembang. |
Setelah puas bernoltagia, kami pulang dan mengambil pesanan aneka lauk dari catering langganan adik. Rasanya enak dan muraaaah. Ada pepes patin yang pakai durian. Ehmm sayangnya aku kurang cocok sama rasanya, huhuhu. Setengah hari kemudian kami hanya istirahat dan main-main saja di rumah. Malamnya barulah makan pempek Beringin dan beli oleh-oleh Pempek Candy. Karena sudah biasa pempek, makanya agenda makan dan beli pempek kami taro di urutan paling buncit, hehehe. Anyway, Pempek Beringin ini enak dan recommended. Harga lebih mahal sedikit dari Pempek Candy. Kuahnya ada beberapa macam, ada yang ngga pedas sampai pedes bangeeet. Segeerr.. Oya, mereka punya website juga dan kita bisa beli online. Cek deh website mereka untuk pemesanan via online.
Senin, 15 Juni 2015
Waktunya berpisah dengan Palembang. Untuk pulang saya memilih pesawat pagi karena menyesuaikan jadwal adik berangkat kerja. Naya masih tidur saat kami berangkat ke bandara. Dan kesalahan terjadi saat menunggu penerbangan. Kami tidak melepaskan naya dari strollernya untuk bermain. Jadilah saat di pesawat naya segar bugar ngga mau bobo, hahaha. Dan saat landing juga sedikit rewel karena ngga tertidur saat dinenenin. Kena juga akhirnya, hahaha. Untungnya ngga terlalu lama rewelnya, alhamdulillah. Aahhh menyenangkan perjalanan ini. Tapi mungkin agak sulit untuk trip lagi di tahun ini karena suami baru pindah kerja dan belum boleh cuti, hehehe.
See you on the next trip.
Love you, Life. :D
Wassalamu'alaikum wr wb.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletembak.. salam kenal ya :)
ReplyDeletengiler banget liat foto-foto makanannya :)
Saya baru sekali ke palembang, itu juga waktu masih kecil banget.. jadi gak inget apa-apa
nanya dong, pempek beringin ama pempek candy enak mana sih? di cimahi sini yang lebih ngetop pempek candy sih.. belum pernah denger ada pempek beringin..
oh ya, terima kasih sudah mampir ke pipitta.com :)
Pipitta : Salam kenaal. Iya emang enak juga aslinya mba, hehehe. Kalo menurutku si soal pempeknya mirip, tapi kuahnya yang ngebedain. Kuah Beringin menurutku lebih enak daripada Candy. Harga juga lebih mahal Beringin sedikit.
ReplyDeleteoke oke.. noted :)
ReplyDeletentar deh mau coba pesen yang beringin biar bisa rasain merk yang beda..
Pipitta : sila maaak.. Mereka juga bisa dibeli online via websitenya, hohoho.
ReplyDeleteMberarti diriku awam banget. Taunya cuma pempek aja khas Palembang tuh. Ternyata... *lap iler* Suka sama foto-fotonya Naya. Lucuu..
ReplyDeleteUntung aja nggak ke Pulau kemarau siang2, di sana emang panas banget Mba. Kalau dulu masih bisa bebas fefotoan sih. Duh kuliner Palembang emang lemak nian ya, jadi kangen pindang masin sama tekb=wan :9
ReplyDeleteGhina : Iya tadinya akupun taunya demikiaan, ternyata di sana cocok buat program penggemukan badan mba, hahaha. Makasih mbaaa.. Sama lucunya kyk Seraaa.. :D
ReplyDeleteNia : Iya nia, bawa si kecil soale, tidur pula anak itu jadilah urung. Iya nia, enak2 semua, menggendats pulang dari sana. :'D
aku tuh walo suka bgt ama kuliner palembang, dan dulu pas msh di aceh diklilingi ama org2 palembang perantauan, ttp aja ampe skr msh blm prnh ksana..pdhl pgn bgt nyobain kuliner MODEL , Empek2, lgs dr kota asalnya ;)..
ReplyDeleteFanny: semoga bisa segera ke sana yaaa..kulineran langsung di palembang. Yummy..;D
DeleteUdh lama banget ga ke Palembang. Padahal bisa naik kereta dari Lampung hehe.
ReplyDeleteHeni: oalaaah dari Lampung ada kereta ke palembang toh?! Cuss mak naik kereta jalan2 ke palembang. :D
ReplyDeletekapan ya saya bisa ke Palembang. Punya suami orang sana tapi belum sekalipun saya kesaa :D
ReplyDeleteMyra: tenang maaak, secepatnya ke sana. Aku jg punya suami minang. Baru kesampean ke sana setelah hampir 3 thn nikah. :'D
Deletesoto ayamnya palembang sepertinya enak juga
ReplyDeletegood article
ReplyDelete